Anak SMA Itu Sudah
Terbiasa dengan Kekerasan
JAKARTA, KOMPAS.com - Dendam lama antarsekolah membawa ZF
(16) meringkuk di tahanan Kepolisian Resor Jakarta Pusat, Kamis (3/11/2011).
Siswa kelas 1 SMA negeri di Jakarta Pusat ini menjadi tersangka pembacokan yang
menyebabkan Intan Pratiwi (16) meninggal dunia.
Sering kali bus saya ditimpuki dan kami
diminta turun. Kalau sudah begitu, tawuran deh
-- ZF
Saat kejadian, Rabu, ZF tengah berjalan
kaki bersama sepuluh kawan sekolahnya di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran,
Jakarta Pusat. Sementara Intan Pratiwi melewati lokasi kejadian dengan
dibonceng oleh M Rahman (16).
”Sebenarnya saya kesal dengan pria yang
membonceng korban. Sambil lewat, dia mengejek sekolah saya,” ujar ZF yang
mengaku tidak mengenal Rahman ataupun Intan Pratiwi.
Lantaran ejekan itu, ZF dan
teman-temannya mengejar kedua pelajar SMA tersebut. ZF mengeluarkan celurit
yang ada di tasnya. Sekali tebas, benda tajam itu mengenai Rahman dan Intan
Pratiwi. Keduanya jatuh tersungkur. Sabetan celurit itu mengenai paha Intan
Pratiwi. Nyawa Intan Pratiwi lantas tidak tertolong lagi.
Sementara ZF kabur setelah kejadian itu.
Massa di sekitar lokasi lantas mengejar pelaku. Beberapa kawan ZF yang
seperjalanan juga menjadi sasaran amuk massa. ZF yang bersembunyi akhirnya
tertangkap dan digiring ke Polsek Kemayoran. Tawuran pelajar
ZF mengaku beberapa kali terlibat
tawuran antarpelajar. Tawuran antar-SMA biasa terjadi di kawasan pintu air,
Jalan Gunung Sahari. Karena itu, dia dan teman-temannya sangat sensitif ketika
ada yang mengeluarkan kata-kata seakan menghina SMA-nya.
Tawuran antarpelajar biasa terjadi
ketika dia menumpang bus. ”Sering kali bus saya ditimpuki dan kami diminta
turun. Kalau sudah begitu, tawuran deh,” kata pria yang bertubuh kurus itu.
Eratnya ikatan antarsiswa sekolah juga
membuat ejek- mengejek di dunia maya bisa berlanjut hingga ke benturan fisik di
antara siswa dari dua sekolah yang berbeda. Tak heran, ketika ada yang mengejek
anak- anak yang tengah berjalan kaki, emosi mereka lantas tersulut.
Dendam semakin dalam ketika ada pelajar
yang mengalami luka akibat tawuran. ZF bercerita, ada kawannya yang juga pernah
kena bacok atau tersiram air keras.
Kebiasaan yang terbentuk tersebut
membuat ZF dan anak-anak yang terbiasa tawuran selalu bersiap dengan senjata.
Senjata tajam, seperti celurit, menurut ZF, dibawa bergiliran untuk
mengantisipasi bila terjadi tawuran.
ZF mengaku tidak pernah dilarang tawuran.
Apalagi, sehari-hari dia tinggal bersama kakek dan neneknya. Untuk kebutuhan
hidup sehari-hari, kakek-nenek ZF sering menelepon kerabat untuk meminta
bantuan uang. ”Kakek-nenek saya sudah tidak kerja lagi,” ujar ZF.
Sementara ibunya hanya ditemui sesekali
di Pasar Senen bila dia membutuhkan uang untuk sekolah. ”Ibu saya kerja jadi
pemetik cabai di pasar itu,” kata ZF yang mengaku tidak mengenal ayahnya.
Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan
Anak Polres Jakarta Pusat Ajun Komisaris Santike mengakui latar belakang ZF
ikut membentuk anak ini menjadi sosok yang mudah melakukan kekerasan, seperti
tawuran atau pembacokan.
”Anak ini juga kurang kasih sayang dari
orangtua karena dia ikut dengan kakek-neneknya. Dia tidak suka ditanya
ibu-bapaknya. Tetapi, kalau ditanya tentang kakek-neneknya, dia bisa menangis,”
ujar Santike.
Dia mengatakan, polisi tetap memproses
kasus itu sebagai penganiayaan berat. (ART)
***
Kriminalitas Remaja
Para remaja yang seharusnya menjadi acuan besar dalam
kemajuan sebuah negara, malah melakukan hal yang buruk. Perilaku ini bukanlah
perilaku yang mencerminkan “siswa” yang benar.
Kriminalitas yang dilakukan oleh remaja bukan hanya
dikarenak satu faktor saja. Akan tetapi banyak hal. Contohnya, akibat pergaulan
bebas, tontonan tentang kekerasan di televisi, ataupun buruknya perhatian dari
orang tua akan pertumbuhan anaknya, serta kurangnya sosialisasi sejak dini
tentang kekerasan.
Seluruh orang tua seharusnya dapat mengontrol anaknya
agar mempunyai etika yang baik dalam bermasyarakat ataupun terhadap sesama
pelajar. Dan setidaknya pemerintah juga turun tangan dalam penerapan remaja
yang bebas dari tindakan kriminalitas, agar nantinya melahirkan remaja-remaja
yang jauh dari tindakan kriminal.